. team kayu.tk: 2012
TEAM KAYU ( SOUL OF SOLIDARITY )

Jumat, 07 September 2012

siapakah mereka???

    untuk semua yg membuka blog ini kira" sedang apakah kedua anggota team kayu ini,,,posting sebanyak"nya ya..

^_^ kebersamaan yang indah

Kamis, 16 Agustus 2012

Menyambut Hari Kemenangan

HARI Raya Idul Fitri sebentar lagi tiba. Dulu para Sahabat Nabi menangis setiap kali bulan Ramadan memasuki detik-detik terakhir dan siap meninggalkan mereka. Mereka merasa seakan-akan tamu agung yang telah memberikan banyak kebaikan dan keberkahan akan segera pergi.

Mereka khawatir tidak bisa bertemu kembali dengan bulan Ramadan berikutnya. Sikap yang ditunjukkan para sahabat Nabi SAW dan kita sekarang ini jauh berbeda. Kita justru berbahagia karena Ramadan akan segera berakhir dan kita merasa sesuatu yang mengekang kebebasan kita akan segera pergi.

Kita menyambut Hari Raya Idul Fitri seperti kita baru mengusir musuh yang telah membelenggu. Pesta pora biasanya kita lakukan, menyiapkan makanan paling enak, rumah dihias sedemikian rupa, pakaian baru, bila perlu kendaraan juga baru.

Bahkan, demi menyambut kebahagiaan di Hari Raya Idul Fitri, biasanya kita sudah menyiapkannya pada saat bulan Ramadan memasuki masa-masa keemasannya, yaitu sepuluh hari terakhir. Padahal pada saat itu Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk semakin meningkatkan amal ibadah.

Kita malah menyibukkan diri dengan urusan dunia dan melupakan fadhilah akhir Ramadan. Biasanya mulai pertengahan Ramadan masjid dan surau yang pada awal Ramadan jamaahnya penuh sesak baik pada salat isya tarawih maupun salat subuh, memasuki hari-hari akhir Ramadan, keramaian berpindah ke mal-mal dan tempat perbelanjaan lainnya.

Fenomena ini menandakan masih banyak di antara kita yang belum memaknai Ramadan dengan keyakinan sepenuh hati. Fadhilah Ramadan yang sudah didengung-dengungkan para dai sepertinya dianggap sebagai kebiasaan rutin belaka.

Masih banyak di antara kita yang tak acuh pada fadhail (keutamaan) bulan Ramadan, seperti sabda Rasul bahwa Ibadah sunnah di bulan Ramadan dinilai seperti ibadah wajib dan ibadah wajib pahalanya dilipatgandakan sampai 70 kali, apalagi di akhir-akhir Ramadan Allah menjadikan satu malamnya sebagai malam lailtul qadar.

Siapa yang mendapatkannya dan beribadah pada malam itu maka nilainya lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan.  Tampaknya masih banyak di antara kita yang masih kurang termotivasi sabda Rasul tersebut, sehingga masih lebih senang mengejar kesenangan dunia.

Sebenarnya bukan hal salah jika kita merayakan Idul Fitri sebagai hari kemenangan tetapi dalam artian kemenangan kita setelah selama sebulan melakukan puasa.

Kita patut berbahagia pada Hari Idul Fitri karena jika puasa kita diterima oleh Allah SWT, maka kita ibarat bayi yang baru lahir dari rahim ibu, tidak memiliki dosa sedikitpun (kayaumin waladathu ummuhu). Kebahagiaan kita tentu saja harus dimanefestasikan dalam bentuk-bentuk yang sudah diajarkan oleh syariat, yaitu dengan bersilaturahmi dan bersedekah untuk membahagiakan orang lain.

Asal Wajar
Pesta pora makanan enak di dalam keluarga selama dilakukan dalam tingkat wajar, apalagi disedekahkan juga kepada para tetangga, boleh dilakukan dengan niat ingin membahagiakan keluarga. Demikian juga pakaian bagus yang diberikan kepada anak, istri, dan kerabat dekat merupakan ibadah asal dilakukan dengan niat ingin membahagiakan mereka dan tidak untuk menunjukkan kesombongan.

Di hari yang fitri kita boleh-boleh saja mengekspresikan kebahagiaan kita bersama keluarga, para tetangga dan relasi-relasi lainnya asal dilakukan dalam batas-batas kewajaran. Karena Rasulullah SAW bersabda, “Bahwa sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah SWT setelah perkara yang wajib adalah memberikan kebahagiaan kepada saudaramu yang muslim.”

Juga sabdanya, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung kepada niatnya.”
Tetapi yang harus diingat bukan berarti dengan berakhirnya bulan Ramadan, usai sudah upaya kita dalam mengendalikan hawa nafsu.

Justru pasca-Ramadan kita akan terjun ke lapangan mempraktikkan apa yang sudah dilatih di bulan Ramadan. Karena pada dasarnya selama satu bulan penuh di bulan Ramadan kita dilatih  mengendalikan hawan nafsu, dengan harapan pada bulan-bulan setelah Ramadan kita mampu mengendalikannya.

Kehidupan pasca Ramadan merupakan hari-hari yang cukup berat karena biasanya banyak orang yang membiarkan dirinya dikuasai hawa nafsunya. Kondisi lingkungan seperti ini juga akan turut menstimulasi kita mengumbar hawa nafsu.

Karena itu, kesadaran dan komitmen diri untuk istiqamah pada pengendalian hawa nafsu akan menjadikan kita sukses mempraktikkan apa-apa yang sudah dibiasakan dan diterapkan pada bulan Ramadan. “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf: 53)

Sumber  : Sriwijaya Post

Rabu, 15 Agustus 2012

Makna Sebuah Persahabatan


 Oleh  : Khlil Gibran

Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?
Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.

Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.

Dan bilamana ia diam, hatimu tiada ‘kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita; Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan. Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya,
untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?

Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.

Cari Blog Ini